“Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (QS. Al-Isra’ : 36)
Bulan Februari sering
dianggap sebagai bulan kasih sayang, karena setiap tanggal 14 Februari diperingati
oleh sebagian masyarakat dunia sebagai hari kasih sayang atau atau yang populer
disebut sebagai hari Valentine Day. Berbagai
jargon-jargon atau symbol-simbol banyak kita temukan diberbagai tempat
keramaian seperti hotel, mall, tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat lainnya.
Di belahan dunia ini, ada banyak sekali orang yang turut
merayakan hari tersebut, tanpa terkecuali di negara kita. Pada
era modern, budaya Valentine Day ini semakin menyebar seiring dengan promosi
besar-besaran di berbagai media seperti Televisi, majalah, koran, internet dan
buku-buku dan sebagainya, membuat budaya Valentine Day yang asal-muasalnya
berasal dari legenda ini menjadi mendunia, yang begitu di puja dan dinanti
khususnya oleh kaum muda . Bahkan tidak sedikit pula remaja di Indonesia yang
merayakan hari itu termasuk yang mengaku beragama Islam.
Banyak cara yang dilakukan dalam perayaan ini mulai dari saling bertukar
Kado ataupun memberikan Cokelat. Bahkan
yang sangat memprihatinkan lagi adalah bahwa hari kasih sayang ini dianggap
sebagai kebebasan mengekspresikan cinta hingga tak sedikit yang akhirnya kebablasan.
Nauzu billahi min zalik.
Sungguh merupakan hal yang ironis apabila kita turut ikut-ikutan
dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu
sendiri. Bahkan perayaan hari kasih sayang tersebut bukan tidak mungkin hanya berusaha
untuk merusak akidah dan moral sekaligus
memperkenalkan gaya hidup barat dengan label percintaan, perjodohan dan
kasih sayang.
KASIH SAYANG DALAM PANDANGAN
ISLAM
Lantas bagaimana “kasih
sayang” dalam Islam?. Islam adalah agama Rahmatan lil’alamiin, agama yang di
dalamnya mengatur segala aspek kehidupan termasuk urusan di kamar tidur sampai
urusan dapur dan sumur (kamar mandi). Agama Islam juga senantiasa menjunjung
tinggi rasa kasih sayang kepada sesamanya, termasuk kepada makhluk lain yang
ada di sekitar kita seperti tumbuhan dan hewan. Bahkan dalam Islam sesama orang
mukmin dianggap sebagai satu tubuh, sebagaimana dalam hadis berikut:
“Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam cinta , kasih sayang dan kelembutan hati mereka adalah
seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit, terasakanlah
sakit tersebut di seluruh tubuh hingga tidak bisa tidur dan panas.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ajaran untuk saling
mengasihi dan menyayangi sesama dalam Islam juga tergambar dari kehidupan Nabi
Muhamad Saw., dengan keluarga, para shahabat maupun kepada orang non Muslim
sekalipun. Sebagai contoh misalnya ketika peristiwa hijrah dari Kota Makkah ke
Kota Yastrib (Madinah), dimana kaum Anshor berlomba-lomba untuk menyambut kaum
Muhajirin, serta menyediakan diri dan harta kekayaannya bagi para pendatang
tersebut. Kemurahan hati mereka disebutkan dalam Ayat al-Qur’an sebagai
berikut:
“Mereka (Anshor)
mencintai orang yang berhijrah kepada mereka ( Muhajirin) dan mereka (Anshor)
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 9)
Pada peristiwa itu
Rasulullah Saw., membantu menciptakan ikatan yang kuat antara empat puluh lima
orang Muhajirin dan tuan rumah mereka dengan menempatkan setiap Muhajirin pada
keluarga tertentu di Madinah. Karena itu, setiap Muhajirin dianggap sebagai
anggota keluarga yang ditempatinya. Mereka sama-sama berbagi kesedihan dan
penderitaan, bahkan mereka diperbolehkan untuk menjadi ahli waris satu sama
lain. Namun kemudian, dicabut dengan sebuah ayat al-Qur’an yang membatasi ahli
waris hanya kepada kerabat yang memiliki hubungan darah.
Dalam pertemuan antara
kaum Anshor dan Muhajirin rasa kasih sayang juga ditunjukan oleh salah satu
kaum Anshor yang kaya yang bernama Sa’ad bin Rabi’ah yang dipertemukan dengan
Muhajirin yaitu Abdurrahman bin Auf. Sa’ad bin Rabi’ah tidak hanya menawarkan
setengah kekayaannya kepada Abdurrahman bin Auf, tapi juga menawarkan salah
seorang istrinya untuk dinikahi. Namun Abdurrahman bin Auf tidak memanfaatkan
kebaikan tuan rumahnya dan hanya minta diberitahukan dimana letak pasar berada.
Allah Swt sendiri juga
mempunya sifat kasih dan sayang yaitu Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, dan sifat
keMaha Kasih dan Sayangnya Allah Swt tersebut tidak bisa diragukan lagi. Itulah
mengapa dalam Agama Islam selalu menekankan adanya sifat kasih dan sayang. Akan
tetapi yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah praktek atau cara
merealisasikan kasih dan sayang tersebut dengan hal-hal yang tidak tepat dan
tidak diperbolehkan dalam Islam, seperti praktek perzinaan dan sebagainya.
Karena dalam Islam perzinaan sangat dilrang keras sebagaimana dalam ayat
al-Qur’an sebagai berikut:
“Dan janganlah
kalian mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji, dan jalan yang
buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32).
Oleh karena itu sebagai
seorang muslim, sebelum kita
ikut-ikutan melakukan sesuatu yang belun jelas, maka
tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah hal itu akan
membawa kebaikan dan apakah sesuatu itu ada sumbernya dalam Islam, agar kita
terhindar dari bertaqlid buta. Karena dalam Hadis Rasulullah Saw mengatakan “Barang
siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama), maka dia termasuk kaum
(agama ) itu.”
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon